Oleh: Aan Hunaifi, Fakultas Ilmu Sains dan
Teknologi, Jurusan Fisika, Universitas Airlangga Surabaya.
Dalam perjalanan zaman, sejarah baru selalu
ditandai dengan lahirnya generasi baru. Dalam kancah sejarah, generasi baru
yang mengukir sejarah baru itu adalah dari kalangan kaum muda. Perputaran
sejarah juga telah membuktikan bahwa setiap generasi itu ada umurnya.
Kenyataan ini semestinya disadari oleh kaum muda Indonesia. Kesadaran yang
diharapkan mendorong segenap kaum muda untuk segera mempersiapkan dan merancang
prosesi pergantian generasi. Karena pada hakikatnya kita membutuhkan
wajah-wajah baru.
Indonesia membutuhkan pemimpin dari kaum muda
yang mampu merepresentasikan wajah baru kepemimpinan bangsa. Ini bukan tanpa
alasan, karena kaum muda dapat dipastikan hanya memiliki masa depan dan nyaris
tidak memiliki masa lalu. Dan ini sesuai dengan kebutuhan Indonesia kini dan ke
depannya yang perlu mulai belajar melihat ke depan, dan tidak lagi suka dengan
tabiat yang suka melihat ke belakang.
Kita harus segera maju ke kepan dan bukan
berjalan ke masa lalu. Dan secara filosofisnya, masa depan itu adalah milik
kaum muda. Sebagaimana telah sering kita dengar nasehat bahwa, pemuda saat ini
adalah pemimpin masa depan. Bahkan Presiden RI pertama Soekarno pernah
mengatakan beri aku 10 pemuda maka akan aku goncangkan dunia. Oleh sebab itu
keberadaan kaum muda sangat vital dalam mengawal keberlanjutan suatu negara.
Tentunya bukan kaum muda yang hanya punya karakter biasa-biasa saja,
tetapi kaum muda yang mampu melihat dan membangun visi pembangunan bangsa
kedepan. Dengan melihat potensi dan tantangan bangsa sebagai sebuah peluang
untu mensejahterakan masyarakat di tengah krisis multidimensional saat ini.
Untuk mengatasi permasalahan bangsa yang begitu besar dibutuhkan seorang pemuda
yang mempunyai Leadpreneurship. Leadpreneurship adalah
perpaduan antara keterampilan kewirausahaan (entreneurship) dan
kualitas kepemimpinan (leadership).
Entreprneur adalah penggerak roda
perekonomian suatu negara. Mereka mampu menciptakan banyak lapangan kerja baru
sehingga membantu upaya pemerintah mengurangi masalah pengangguran dan
kemiskinan. Dengan Entrepreneurship, berbagai macam produk dihasilkan,
kreativitas dipicu, dan inovasi tercipta.
Inilah peluang yang mesti dijemput oleh kaum muda
saat ini. Sebuah peluang untuk mempertemukan berakhirnya umur generasi itu
dengan muara dari gerakan kaum muda untuk menyambut pergantian generasi dan
menjaga perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran prestasi baru. Maka, harapannya
adalah bagaimana kaum muda tidak membiarkan begitu saja sejarah melakukan
pergantian generasi itu tanpa kaum muda menjadi subjek di dalamnya.
Kepemimpinan Leadpreneur tidak akan datang dengan sendirinya. Sejarah
baru dengan kepemimpinan dari generasi baru tidak akan serta merta menjadi
nyata tanpa ada persiapan dari generasi baru itu. Bahwa negeri ini mesti
diperbaiki dengan semangat baru, orang-orang baru dengan vitalitas baru serta
visi kepemimpinan yang benar-benar baru adalah harapan bagi segenap rakyat
Indonesia.
Persiapan yang perlu dilakukan kaum muda saat ini
diantaranya adalah bagaimana menyamakan persepsi tentang urgennya kepemimpinan
kaum muda dalam menjawab kebutuhan bangsa ke depan. Urgensi kepemimpinan kaum
muda yang disadari oleh pemikiran kolektif bahwa generasi pemimpin yang ada
saat ini sudah berumur tua dan layak untuk diganti dengan generasi yang lebih
muda. Inilah kesamaan persepsi yang diharapkan memacu para pemuda untuk bersungguh-sungguh
mempersiapkan diri sebagai pemimpin dan mengambil kepemimpinan itu pada saatnya
tiba.
Ketika kita berbicara kepemimpinan berarti kita
berbicara masalah prilaku, gaya atau cara. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka
ada 3 ciri pokok dari kepemimpinan, yaitu Persepsi sosial, Kemampuan berpikir
abstrak, dan Keseimbangan emosional.
Tiga hal inilah yang akan kita bahas dalam
kaitannya antara kepemimpinan kaum muda dan tua.
Persepsi Sosial adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Hal ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin, kemampuan berpikir Abstrak, yang berarti memiliki kecerdasan yang tinggi.
Persepsi Sosial adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Hal ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin, kemampuan berpikir Abstrak, yang berarti memiliki kecerdasan yang tinggi.
Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki
kemampuan menafsirkan, menganalisis dan bahkan mempunyai insting yang kuat
dalam menghadapi suatu keadaan. Hal ini penting ketika akan mengambil suatu
keputusan atau kebijakan, pemimpin harus mengambil suatu resiko.
Keseimbangan emosional. Hal ini tentunya sangat
penting ketika seorang pemimpin menghadapi masalah. Pemimpin yang bijak adalah
pemimpin yang sanggup mengendalikan emosinya, dan bukan dia yang dikendalikan
oleh emosi.
Dari ciri tersebut, jika dilihat secara obyektif
nampaknya Kaum tua lebih mendominasi ketiganya meskipun tidak semua. Dalam mengambil
keputusan, Kaum tua lebih banyak berpikir berdasarkan experience/
pengalamannya, sehingga kemungkinan resiko kegagalan sedikit banyaknya dapat
diminimalisir. Kaum tua juga memiliki persepsi sosial dan stabilitas emosional
yang cukup baik, mungkin karena faktor kedewasaan, pengalaman dan kematangan
pemikiran. Biasanya dalam menilai orang lain dalam kelompoknya, ia lebih
cenderung bercermin kepada dirinya sendiri.
Namun, jika kita bertolak kepada kepemimpinan
kaum muda, ada beberapa ciri yang bisa kemukakan disini, yaitu : pertama, lebih
antusias dan bersemangat ; kedua, cenderung lebih egois dan menang sendiri,
yang sangat erat kaitannya dengan stabilitas emosi ; dan ketiga, bertindak
dengan orientasi pada hasil dan prestasi untuk mendapatkan pengakuan , terlalu
cepat dalam mengambil keputusan, atau berani “Gambling” Bertanggung jawab
Dari ciri pokok ini, Kepemimpinan muda memang
masih jauh untuk memenuhi ketiga ciri pokok yang telah saya sebutkan diatas.
Namun, beberapa ciri positif yang dimiliki Kaum muda ini tidak dimiliki oleh
kepemimpinan kaum tua, dimana ketika kedua golongan leadership ini
dikonvergensikan, akan menciptakan kepemimpinan yang lebih Solid ketimbang
kepemimpinan yang didominasi oleh kaum tua saja, seperti yang terjadi di negara
kita sekarang. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh pemikir besar Francis
Bacon bahwa Pemuda lebih cocok mencipta ketimbang memutuskan, Lebih cocok
bertindak ketimbang menimbang, lebih cocok menggarap proyek baru ketimbang
proyek mapan. Orang Tua terlalu sering menolak, terlalu lama berunding, terlalu
sedikit berbuat. Sungguh baik bila terpadu keduanya, karena problema bisa
terpecahkan oleh nilainya.
Disamping itu terdapat beberapa kemampuan yang
harus dimiliki kaum muda dalam rangka menjawab tantangan global yang begitu
kompleks saat ini :
Pertama,
kemampuan meneliti (riset). Penelitian bermula dari adanya masalah. Kaum
muda Indonesia tentu sangat menyadari bahwa masalah negeri ini demikian
kompleks dan seperti benang kusut. Oleh karenanya kaum muda ditantang untuk
mengurai dan memecahkan masalah-masalah sesuai dengan disiplin ilmu dan
kemampuan yang dimilikinya.Riset akan membuahkan imajinasi, lalu bergerak
menjadi kreasi. Selanjutnya kreasi akan mendorong produksi, lalu melahirkan
industri, dan pada pada akhirnya gebrakan industri akan menciptakan generasi
yang mandiri. Dengan demikian, jika generasi muda Indonesia memimpikan
kemandirian, maka gerakan riset merupakan sebuah keniscayaan.
Kedua,
kemampuan advokasi. Semua menyadari bahwa kondisi masyarakat saat ini
sungguh memprihatinkan. Kemiskinan, penganguran, serta merebaknya patologi
sosial masyarakat merupakan fakta keseharian kita. Gerakan pemberdayaan bergaya
konvensional nampaknya sulit untuk dijadikan penawar. Kaum muda semestinya
memahami tentang gerakan advokasi-pemberdayaan yang komprehensif. Harus diakui
bahwa potret kaum muda yang terlihat saat ini baru mampu melakukan advokasi
parsial.
Gerakan pemberdayaan yang dilakukan pun tidak
dibangun di atas kemandirian kaum muda itu sendiri. Kemampuan advokasi perlu
dibangun, dipahami dan dilakukan, serta mencari terobosan gerakan baru dalam
upaya menjawab tantangan dan perubahan.
Ketiga,
kemampuan memproduksi. Pengertian memproduksi tidak lantas identik dengan
kegiatan produksi secara besar-besaran, akan tetapi lebih fokus kepada
kemampuan menciptakan sesuatu yang sebelumnya belum ada dalam skala sekecil
apapun. Kaum muda dituntut untuk mengembangkan kreasi-kreasi alternatif yang
dapat mendorong proses produksi.
Keempat,
kemampuan publikasi. Jika kegiatan riset telah menjadi budaya, advokasi
menjadi menu sehari-hari, dan produksi/kreasi menjadi aksi, maka kemampuan
berikutnya adalah kemampuan mengkomunikasikan gerakan kemandirian tersebut
melalui publikasi massa.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa saat ini begitu
banyak karya karya hebat anak negeri, tidak bisa dieksekusi lebih lanjut dan
luas dikarenakan tidak adanya kemampuan dalam berkomunikasi salah satunya
adalah kemampuan publikasi.
Kaum muda memiliki peranan yang signifikan dalam
proses pembangunan. Ia merupakan penggerak arah dan kebijakan pembangunan serta
menentukan masa depan bangsa. Kaum muda harus berani mengambil peran dalam
berbagai bidang, terutama kerja-kerja intelektual sehingga menjadi fundamen
yang kokoh dalam proses pembangunan ke depan. Gerakan penelitian (research
movement), gerakan keilmuan (intellectual movement), dan gerakan
mencipta (creation movement) menuju arah kemandirian bangsa harus
selalu dikumandangkan sehingga akan bergerak menjadi karakter kaum muda
Indonesia yang berani bertekad dan berbuat.
Namun yang tidak kalah penting dari itu semua
adalah keberadaan kaum muda yang mempunyai Leadprneurship, dimana
kepemimpinan yang mampu mengkonvergensikan antara keterampilan kewirausahaan
dan kualitas kepemimpinan. Kedua kualitas itu menyatu dalam diri seorang Leadpreneur,
mengubahnya menjadi pribadi dengan kemampuan: mengubah sumber daya bernilai
rendah menjadi bernilai tinggi melalui pengambilan risiko terukur dan
kepemimpinan efektif, pribadi yang mampu memanfaatkan peluang dan melihat
masalah sebagai peluang sekaligus tantangan, dengan bekerja secara sistematis
dan efisien.
Pemimpin muda dengan jiwa entreprneurship
akan mampu menghidupkan visi, misi, memberikan inspirasi atau dorongan kepada
orang-orang di sekelilingnya dengan harapan, keberanian, serta keyakinan,
mengambil inisiatif dan menerima tantangan, Selalu belajar serta terbuka
terhadap ide-ide baru. Oleh sebab itu, sangatlah pantas apabila The Young
Leadpreneur diberi peluang untuk membuktikan diri dengan gaya yang berbeda
dalam memimpin demi kemandirian dan martabat bangsa.
Semoga Bermanfaat.
Aan Hunaifi
Mahasiswa
Akhir Universitas Airlangga – Surabaya.
Adrress
: Department of Physics Faculty of Sciences and Technology Airlangga University
– Surabaya –Indonesia
: Kampus C Unair – Mulyorejo-
Surabaya
NB : Artikel ini untuk mengikuti lomba penulisah Esay Mahasiswa tahun 2009 yang diselenggarakan oleh majalah Tempo, dengan tema " MENJADI INDONESIA"
3 comments:
saya paling suka tulisan yang ini mas he5
- reaktrenergi.co.nr -
saya paling suka artikel ini mas he5
hehe makasih mas Ikal atas apresiasinya..
Post a Comment